Quantcast
Channel: Suklowor's Blog » demokrasi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 2

INDONESIA NEGARA MONARKI

$
0
0

INDONESIA NEGARA MONARKI

Untung yang nulis artikel ini cuman suklowor, maka orang-orang yang suka main ‘kroyokan’ itu dengan santai akan mengatakan, ‘Biarlah Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu’ :D

Tapi mungkin akan berbeda kalau penulis artikel ini bukan saya. Ya.. mungkin seorang akademisi, mungkin seorang politisi, mungkin seorang pengamat politik, atau orang-orang terkenal yang punya kuasa atas sana, saya kok sangat yakin akan segera terjadi kehebohan. Politisi Heboh, Akademisi Heboh, Intelejen Heboh, Wartawan Heboh, TV Heboh, Majalah/Koran Heboh, Internet Heboh, sampai orang yang biasa duduk-duduk minum kopi di angkringan dan kaki lima entah itu tukang becak, atau pegawai pabrik rendahan sekalipun ikutan heboh. Tentunya termasuk orang-orang yang sekarang namanya sedang disebut-sebut oleh M Nazarudin pun ikutan heboh, Mereka sambil bersorak, ‘Hore, akhirnya ada topik untuk pengalihan isu juga’ :-P

Bagaimana mereka tidak heboh, Kalau ternyata masih ada orang ‘bodoh’ yang mengatakan bahwa indonesia bukan negara demokrasi. Apakah dia itu matanya buta? apakah dia telinganya tuli?, apakah dia tidak pernah membaca koran?, apakah dia tidak pernah menonton TV? apakah dia tidak pernah mainan internet? atau jangan-jangan dia adalah orang yang sudah lupa ingatan alias gila?.

Nyata-nyata Di Indoneisia pemilu sudah dilakukan berkali-kali baik dari tingkat presiden sampai tingkat RT, (kecuali camat). Pemilihan DPR yang dulu dengan sistem Penunjukan dari Partai pun sekarang sudah dipilih langsung oleh rakyat, pergantian presiden yang hanya dalam tempo 13 tahun sejak Reformasi sudah berganti sebanyak 4 kali, BJ Habibie, Gusdur, Megawati, dan SBY Artinya rata-rata Presiden RI itu menjabat hanya dalam tempo 3 tahun lebih 3 bulan. Bukankah itu sudah sangat demokratis banget, bahkan Amerika dan negara-negara pemuja demokrasi lainnya pun sudah sangat memuji keberhasilan reformasi demokrasi yang terjadi di Indonesia.

Dengan Dasar bantahan yang mereka sara sangat kuat dan berdasarkan fakta itu, lalu rame-ramelah mereka mulai berebut corong media untuk sarana mempopulerkan diri, mengeroyok si’bodoh’ tadi, dengan bicara seolah-olah dialah orang yang paling pintar, serba tahu dan serba bisa, mumpung ada moment, mumpung ada kesempatan, maka momen rebutan corong itulah yang akhirnya akan menjadikan episode ini menjadi semakin heboh.

*

Baiklah kita tinggalkan dulu kehebohan model sinetron seperti yang tergambar diatas, dan kembali kepada diri saya sendiri yang akan membahas Indonesia yang ternyata adalah negara Monarki.

Kenapa saya ngotot mengatakan negara ini masih memakai sistem monarki, karena sebenarnya meskipun pemimpin-pemimpin kita ini berganti-ganti tapi sebenarnya pergantian itu cuma sebatas nama dan sebatas tubuh saja. Pikiran, Tujuan, Bentuk Tanggung Jawab, Komitmen dan Idiologi tetap sama.

Kemudian pasti ada yang protes ‘lho bukankah partai-partai di Indonesia memiliki idiologi berbeda-beda, contoh, antara PDI, Demokrat, PKS, Antara Golkar, PKB, dan Girindra, Antara PDS, PAN, dan PPP ? lalu bagaimana dengan adanya partai Oposisi? begitu kata mereka yang protes tadi.

Saya akan menjawab, Benar!, memang banyak jenis Idiologi yang berbeda-beda, tetapi perbedaan idiologi itu hanya sebatas spanduk saja, realitanya? Nol Besaar. Memang Di kabinet sekarang ada partai Oposisi, minimal yang saya tahu adalah PDI dan Gerindra, tapi kalau saya lihat oposisi ini bukan lagi oposisi partai yang berbeda atas dasar idiologi, tapi lebih pada oposisi antara personal, Antara SBY, Megawati dan Prabowo. sedangkan dari sisi anggota partainya, mereka tetap kualisi.

Mau lihat indikasinya : baiklah, kalau misalkan benar mereka beroposisi berdasarkan idiologi maka tidak akan ada cerita PDI Bersama Demokrat yang katanya di-pusat Ber-Oposisi kemudian mencalonkan satu Nama untuk Calon Gubernur, Tidak akan ada Cerita Demokrat bersama Gerinda yang katanya di pusat Ber-oposisi kemudian mengajukan Satu Calon Bupati, tidak akan ada cerita Partai Misalkan Demokrat dan Golkar yang katanya yang dipusat berkoalisi, kemudian di daerah ber-oposisi, karena berbeda calon kepala daerah.

Itulah yang menunjukan bahwa perbedaan Ideologi Partai sekarang ini sama sekali tidak terlihat dan hanya bersifat semu, yang justru terlihat jelas oleh saya sekarang adalah persamaan Idiologi seluruh partai di Indonesia yang berdasarkan Idiologi Kekuasaan dan Uang. mau contoh : lihatlah kasus yang paling baru yaitu kasus Nazarudin yang menyangkut Wisma Atlet SEA Games, yang kata Nazarudin melibatkan Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Andi Malarangeng (Partai Demokrat) dan satu lagi yang agak janggal I Wayan Koster (PDI-P) *Kompas, 14 Agustus 2011. Lho, kok bisa partai Oposisi bekerja sama dalam korupsi??? bukankah tugas Oposisi itu membantai Partai Lawan yang jelas-jelas melakukan kesalahan, lha yang terjadi sekarang kok malah pada diam? kemana mereka, ngapain mereka, kenapa justru tidak memanfaatkan kesempatan emas ini untuk mendapat simpati rakyat di pemilian Umum yang akan datang? jangan-jangan!

Ah.. sudahlah, tugas saya disini hanyalah menjelaskan pendapat saya tentang Indonesia yang masih menganut sistem Monarki, dan saya pikir itu saja sudah cukup untuk mewakili alasan atas pendapat saya diatas.

Yang penting hari ini mari kita nikmati ‘Kemerdekaan’ cukup dari hari ke hari, perkara besok, saya serahkan sama Tuhan (golput) bagaimana dengan anda? hehe…

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA, SEKALI KAYA TETAP KAYA, SEKALI MELARAT TETAP MELARAT (kecuali Darsem hehe…), ITULAH INDONESIA RAYA lah Pokoknya!

* Mau Baca OPINI yang lain silahkan KLIK DISINI



Viewing all articles
Browse latest Browse all 2

Latest Images

Trending Articles